Ramsis

>> Minggu, 21 Maret 2010


RAMSIS

RAMSIS Unhas (Asrama Mahasiswa Universitas Hasanuddin), begitu orang menyebutnya. Sebuah asrama tempatku bermukim Selama kuliah. Tempat yang penuh kenangan, mulai dari kenangan manis, asin, asem, sampai kenangan pahit bercampur jadi satu.

Ketika masih mahasiswa baru (maba), aku coba mencari tempat tinggal yang dekat kampus untuk menghemat biaya sekaligus cari teman yang banyak. Maka Ramsis menjadi pilihan tepat meski terdengar image negative tentang Ramsis, adanya senioritas dan perlakuakn terhadap wargabaru yang sempat membuatku mengurungkan niat untuk tinggal di sana sampai akhirnya ku putuskan tuk tinggal di sana setelah ku dengar sisi positif dari Ramsis, “kebersamaan”.

Masuklah aku sebagai warga baru di RT 2 AB dan menempati kamar 2B 303 di lantai 3 di mana warga baru biasa ditempatkan. Kamarnya lumayan bagus menurutku (tidak seperti yang ku bayangkan). Di dalamnya ada lemari pakaian dan kasur busa tanpa sprey. Palponnya terbuat dari gabus putih dan terdapat bekas bocor saat hujan. Lantainya dari ubin cor klasik. Di kaca jendelanya ada stiker dengan tulisan “more than just machine”. Balkon belakang tembus dengan kamar tetanggaku ( satu balkon tuk dua kamar). Pintunya terbuat dari kayu yang sangat keras dan terdiri dari jeruji-jeruji yang disusun horizontal. Cat luarnya berwarna krem sedangkan cet dalamnya aku lupa warnanya yang kemudian aku cet warna biru muda dan di dinding kanan aku cet motif susunan batu bata dengan warna merah. Konon katanya kamarku itu bekas kamar mahasiswa arsitektur. Dengan dibantu tetangga kamarku Hariman Bone (bukan orang Bone, tapi orang samarinda), aku mulai mencari perabotan kamar yang tidak terpakai di kamar-kamar yang masih kosong. Mulailah babak baru dalam kehidupanku sebagai warga RAMSIS RT 2 AB.

Aku masuk sebagai warga baru bersama teman-teman dari berbagai jurusan yang sama sekali tidak aku kenal. Mereka adalah Aidin (tek.perkapalan), Asbar (FKM), Bundu -saya lupa nama aslinya- (Ekonomi). Kami bertiga jalani hari-hari sebagai warga baru dengan berbagai aturannya. Mulai dari menyapu ruang TV, halaman asrama, menyalakan pompa air sampe mijit-mijit senior. Biasanya tiap hari minggu warga main bola dan wajib bagi warga baru untuk ikut. Hahay..disinilah seninya jadi warga baru. Aku termasuk orang yang tidak suka main bola (eh..bukan tidak suka tapi tidak bisa) tapi disini lumayan bisa enjoy.

Kehidupan di Ramsis bikin hidup lebih hidup. Kebersamaan yang aku rasakan sepertinya belum tergantikan sampai saat ini. Nonton bareng di ruang TV, mandi bareng di bak besar (mandinya pake celana pendek lho..), nyuci bareng, makan bareng (apalagi ada ole-ole dari kampong, pasti langsung diserbu…), kerja bakti bareng, pokoknya KUMPUUUUULLL………..!!!

Masa-masa sulit di Ramsis adalah pada musim kemarau. Air jadi barang langka dan untuk mendapatkannya butuh perjuangan. Untuk mandi saja harus ke MKN (Masjid Khairunnisa), atau ke mesjid kampus, mandi di kampus, atau bahkan mandi pake air gallon…(..melebihi orang kaya saja ..), atu bahkan gak mandi sama sekali..hahay..

Sebenarnya cerita tentang RAMSIS gak ada habis-habisnya, namun karena keterbatasan waktu dan tempat makanya cukup sampai disini dulu critanya… RAMSIS unforgettable memory..

Read more...